NIM : 1102414056
Makul : Bahasa Indonesia
Sikat Sana Sikat Sini
Dalam teater tersebut diceritakan tentang sebuah desa yang setiap malam harinya ada warga yang kemalingan meskipun sudah diadakan pos ronda. Selang satu minggu desa tersebut mendapat kabar gembira bahwa ada lurah baru yang siap sedia membasmi maling tersebut. Untuk melancarkan misinya pak lurah baru mensosialisasikan visi dan misinya kepada warga agar sama-sama bergotong royong memberantas maling tersebut. Mendengar kabar itu si maling (Pak Udin) yang duda merasa takut dan berencana tidak operasi untuk malam harinya. Benar saja pak Udin atau si maling malam harinya tidak operasi dan ikut beronda bersama Bedor dan Poleng di posronda RT 01 RW 2 demi mempertahankan profesi dan harga dirinya. Selang beberapa saat Bedor dan Somplak pun sudah tertidur pulas, dirasa aman Udin pun berniat untuk operasi. Namun, tak disangka dan tak diduga ada maling lain yang beroperasi dan berhasil mencuri uang kelurahan yang ada di rumah pak lurah baru. Dengan keadaan alakadarnya (sarungan dan kaos dalem) pak lurah dan warga pun mengejar maling sambil berteriak maling, maling, maling. Mendengar teriakan lurah dan warga dari jauh Udin pun membangunkan si Bedor dan Somplak, selang beberapa menit ia sadar bahwa ia juga sedang berkostum ala Batman dan bersenjata layaknya Thor namun pake linggis atau sedang operasi jadi si Udin pun ikut lari dan dikejar warga, semua warga dari anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-kakek, dan nenek-nenek bersama berhamburan untuk mengejar dua maling tersebut. Berputar, keliling balik lagi berputar, keliling lagi, dari pojok sana ke pojok sini sudah mereka jelajahi namun malingnya tidak juga bisa dikejar dan ditangkap. Selang beberapa menit pak lurah pun menyuruh warga untuk kumpul di depan pos ronda untuk membahas langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk menangkap si maling tersebut.
Malam berikutnya pak RW dan pak Lurah ikut berpatroli bersama pak Amet dan Toleq agar dapat menangkap maling, namun pak lurah dan pak RW disuruh pulang pak Amet dan Toleq agar pak Amet dan Toleq bisa lekas tidur lagi. Pak Lurah dan pak RW pun nurut saja sambil diantar pulang oleh Toleq. Setelah Toleq kembali ke pos ronda dilihatnya pak Amet yang sudah tidur pulas sambil ngorok Toleq pun ikut-ikutan tidur. Desa pun menjadi sepi, kesempatan si Udin dan maling yang lainnya untuk beroperasi. Benar, selang beberapa menit si Udin keluar rumah untuk beroperasi, selang beberapa menit si Udin sudah kembali untuk pulang, namun dia terkejut karena dari dalam rumahnya terdengar suara barang pecah (maling kok dimaling) si Udin menunggu hingga maling tersebut keluar. Setelah keluar si Udin pun berusaha untuk merebut barangnya yang dimaling oleh maling lainnya, perkelahian pun terjadi dengan sangat sengitnya, pukul, tendang, tinju, dan salto. Akhirnya si Udin tersungkur dan harus merelakan barangnya di bawa kabur oleh maling, denga sisa tenaga ynag ada si Udin teriak, maling, maling, maling (maling teriak maling). Warga pun langsung keluar dan menolong si Udin, namun si Udin lupa menyembunyikan senjatanya (linggis) warga dan pak Lurah pun curiga kalau si Udin juga seorang maling. Namun dengan cepat si Udin berdalih bahwa senjanya (linggis) yang ia bahwa baru saja digunakan untuk melawan maling tersebut dan semuanya pun percaya dengan alasan yang dikatakan oleh si Udin.
Malam selanjutnya suasana tampak begitu sepi, namun terdengar sayup-sayup dari kejauhan yang tak lain adalah Somplak dan Toleq yang hendak ngepos ronda, sampai di pos ronda mereka tidak langsung keliling malahan langsung ngorok. Beberapa jam kemudian Somplak bangun karena kebelet pipis, Somplak meminta Toleq untuk mengantarnya, namun si Toleq tidak mau menamani si Somplak pipis, Somplak yang sudah kebelet dari tadi lansung saja loncat dari pos ronda menuju bawah pohon pisang untuk pipis. Saat sedang menikmati pipisnya listrik pun padam, angin dingin pun mulai menyerbu Somplak, suasana menjadi mencekam dan kemudian, duaarrr Somplak pun berteriak dan lari karena ada pocong di belakangnya. Somplak berlari untuk membangunkan Toleq, namun Toleq tidak bangun dan malah lebih keras lagi ngoroknya. Somplak pun lari meninggalkan Toleq bersama dengan pocong. Tidur, dan berangkulan dengan pocong, bangun, saling pandang, tidur lagi, berangkulan, bangun lagi, saling pandang, tidur lagi, berangkulan, dan bangun lagi, Toleq merasa linglung karena yang dipeluknya tidak seperti ciri-ciri Somplak yang tinggi dan kurus. Setelah diamati dengan seksama menggunakan segenap jiwa dan seluruh tenaga, dicolek-colek, dicubit-cubit, dipeluk-peluk baru Toleq sadar kalau itu bukan si Somplak melainkan pocong dan Toleq pun lari terbirit-birit. Selang beberapa lama si Udin keluar karena teriakan dan kegaduhan yang dibuat oleh si Toleq, dengan membawa senter ia mulai mencari sumber suara yang berisik dan didapati ada seseorang yang sedang duduk di pos ronda yang tak lain adalah si pocong. Ide jail untuk menakuti si pocong (yang duduk di pos ronda) pun muncul dari benak si Udin, ia pun lewat belakang pos ronda dan menyalakan senter menuju mukanya agar terkesan serem. Namu apa yang terjadi ketika si pocong menoleh ke Udin, udin pun terkejut dan ketakutan sampai lari tersengal-sengal.
Suasana tambah sepi dan mencekam, kemudian munculah maling yang satunya lagi untuk beroperasi, tak lama kemudian maling tersebut berpapasan dengan si pocong yang hendak berjalan menuju kampung. Penasaran dengan si pocong yang dikira oleh maling adalah saingannya, si maling pun mengajak pocong untuk berkelahi hingga akhirnya perkelahian dimenangkan oleh si pocong dan si maling pun lari terbirit-birit menuju rumahnya. Keesokan harinya seluruh warga dan pak Lurah mengadakan kerja bakti untuk membersihkan kampung, terdengar obrolan oleh Toleq dan Soplak yang membahas tentang adanya pocong yang menghentikan kegiatan kerja bakti. Semua terkejut dan takut mendengar penutura dari si Toleq dam Somplak bahwa tadi malam ada pocong yang berkeliaran. Mendengar hal tersebut mbok rondo pun bertanya apa saja yang dilakukan oleh si Toleq dan Somplak tadi malam,,? Mendengar pertanyaan mbok rondo si Somplak pun bercerita bahwa tadi malam ia pipis di bawah pohon pisang dan pocong pun muncul dari belakangnya. Mendengar penuturan si Somplak Mbok Rondo pun marah dan kecewa dengan apa yang barusan ia dengar dan menyuruh warga untuk membersihkan daerah sekitar pohoon pisang. Warga pun membersihkan area sekitar pohon pisang dan menemukan sebuah batu nisan yang sudah tua dan mulai usang, warga pun bertanya makam siapakah itu Mbok Rondo.....? dengan tutur kata dan nada yang terbatuk batuk Mbok Rondo pun bercertita bahwa dahulu kala ada seorang dukun yang sangat sakti di desa tersebut dan sering menyalahi orang - orang yang tinggal di desa tersebut. Warga marah dan geram dengan ulah dukun tersebut hingga akhirnya dukun tersebut dikubur hidup - hidup.
Dukun tersebut bersumpah untuk balas dendam terhadap warga yang ada di desa tersbut, namun setiap harinya Mbok Rondo selalu memberikan air sesaji untuk mengunci kemarahan dan ambisi balas dendam dukun tersebut kepada warga desa, namun kalian telah merusak dan menyebabkan dukun tersebut marah dan menuntut dendam kepada kalian, lanjut Mbok Rondo dengan nada bicara terpotong - potong dan batuk - batuk. Warga yang ketakutan pun mulai berhamburan untuk pulang kerumah masing - masing. Malam itu suasana sepi dan mencekam karena warga takut akan kemunculan pocong, namun tanpa disangka dan di duga pocong tersebut telah berkeliaran dan duduk tepat di pos ronda, melihat hal tersebut Mbok Rondo pun keluar dan memberikan sesajen kepada pocong tersebut dan meminta agar pocong tersebut tidak berkeliaran dan mengganggu warga desa.
TAMAT
a. Tokoh dan penokohan
1. Bedor : Humoris, suka membangkan perintah, dan licik
2. Pak Amet : Penurut, mudah ditipu
3. Somplak : Penurut, mudah di tipu, penakut
4. Toleq : Humoris
5. Pak Lurah : Sopan, tidak berwibawa, pantang menyerah
6. Pak RW : Sopan, Ramah
7. Pak Carek : Suka Berbohong (dia adalah maling yang lain selain Udin)
8. Udin : Suka mencuri, penyendiri, dan penakut
9. Toprol : Humoris
10. Penjual nasi : Ramah, santun, disiplin
11. Dek Nurul : Egois dan tidak suka diperintah
12. Mbok Rondo : Rajin, dan suka mengingatkan
13. Orang olahraga :
14. Orang kantoran :
b. Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju mundur
c. Komentar
Pertama, menurut saya pementasan teater dengan lakon Sikat Sana Sikat Sini sudah bagus dalam segi pemeranan dan properti yang digunkan. Komentarnya amanat atau pesan yang ingin disampaikan kepada penonton kurang begitu jelas dan sulit untuk dipahami. Kedua, dari segi tempat penonton khususnya, pengorbanan yang dikeluarkan oleh penonton dalam bentuk pembelian tiket masuk seharusnya mendapatkan fasilitas yang harusnya dapat membuat penonton merasa nyaman dan rileks, tidak harus duduk berdekatan atau bahkan berdiri berdempet-dempetan.
No comments:
Post a Comment