Tuesday, November 8, 2016

Artikel Populer "PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN DI BIDANG E-LEARNING"

Nama : Yudha Trismantoro Adi
Nim         : 1102414056


PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
DI BIDANG E-LEARNING


Abstrak

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya teknologi in¬for¬masi dan komunikasi (Information and Communication Technology, ICT) de¬mi¬ki¬an pesat.  Kemajuan ini tentu saja berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan, ter¬masuk di dalamnya pendidikan.  Sejalan dengan itu, otonomi pendidikan dan glo¬ba¬lisasi pendidikan yang menekankan pada persaingan dan kualitas mulai ber¬lang¬sung.  Keberhasilan pelaksanaan otonomi dan globalisasi pendidikan hanya mung¬kin da¬pat dicapai dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pro¬ses pendidikan. Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas pembelajaran melalui pe¬man¬fa¬at¬an TIK dalam pembelajaran. Penerapan  pembelajarn berbasis Internet atau yang le¬bih dikenal dengan e-learning atau virtual learning merupakan salah satu contoh pe¬man¬faatan TIK dalam pembelajaran.  Dalam artikel ini akan di¬ba¬has tentang pe¬nger¬tian, kelebihan dan keterbatasan, serta kondisi yang di¬per¬lu¬kan agar pe¬ne¬rapan pem¬belajaran berbasis E-learning dapat berhasil.  Pem¬ba¬has¬an tentang E-learning tersebut akan diawali dengan perkembangan pe¬man¬faatan TIK dalam pembelajaran.
Kata Kunci: Paradigma belajar, teknologi informasi dan komunikasi, virtual learning




PENDAHUlUAN

1. Latar Belakang

Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) atau secara internasional dikenal dengan istilah ICT ( Information and Communication Technology ) sangat penting di era globalisasi saat ini. Penggunaan komputer untuk mengakses, mengolah, dan menyajikan informasi, baik secara individu maupun kelompok, intra network ( intranet ) maupun internasional network ( internet ),merupakan kebutuhan primer di era digital. Survey di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa pelajar, termasuk mahapelajar, di era abad 21 ini ini memperlihatkan perubahan sikap. Perubahan sikap yang nyata adalah penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pelajar dalam aktivitas keseharian amat dominan. Paling tidak 76% dari setiap pelajar percaya bahwa TIK / ICT akan membantu mereka dalam kegiatan pembelajaran dan oleh karenanya berpendapat bahwa lembaga pendidikan / universitas harus memiliki fasilitas dan trend penggunaan TIK / ICT dalam aspek pembelajaran.

Pesatnya perkembangan TI, khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Dilingkungan pertenaga pendidikan tinggi, pemanfaatan IT lainnya yaitu diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut electronic university (e-University). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga pertenaga pendidikan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam maupun diluar pertenaga pendidikan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Penerapan TIK / ICT E-Learning memiliki keunggulan tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar. Penerapan TIK / ICT juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional juga telah merespon keadaan di atas dan adanya era informasi ini dengan merumuskan kebijakan peningkatan akses, efisiensi, efektivitas dan kualitas pendidikan serta manajemen pendidikan dengan implementasi ICT.

Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengharuskan pengembangan ICT dalam dunia pendidikan di Indonesia. Agar kualitas sumber daya manusia Indonesia yang merupakan produk dari pendidikan itu semakin baik dan dapat bersaing dalam dunia yang berbasiskan teknologi. Oleh sebab itu Depertemen Pendidikan Nasional melalui PUSTEKKOM melakukan pengembangan terus menerus terhadap ICT untuk dunia pendidikan di Negara kita ini. Untuk melihat hal ini lebih luas lagi, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang penggunaan ICT dalam dunia pembelajaran di Indonesia.

1.1 Rumusan maslah

1. Bagaimana penerapan TIK dalam bidang pendidikan?
2. Bagaimana peranan TIK dalam bidang pendidikan?
3. Bagaima Peranan e-Learning dalam pendidikan?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan dari makalah ini:
1. Mengetahui pengertian TIK
2. Mengetahui penerapan TIK dalam bidang pendidikan
3. Mengetahui peranan TIK dalam bidang pendidikan
4. Mengetahui terjadi pergeseran pembelajaran
5. Mengetahui Mamfaat e-Learning dalam Pendidikan
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan e- Learning


PEMBAHASAN

1.1 TI dan KOMUNIKASI

      Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.

Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.
TIK menjadi simbol kemajuan bagi sebuah bangsa, maka tak heran kalau TIK menjadi mata pelajaran yang harus dikuasai oleh pelajar saat ini. TIK menjadi sesuatu yang mutlak untuk dikuasai untuk mengejar ketertinggalan teknologi bangsa Indonesia. Bahkan di berbagai lembaga pendidikan saat ini pasti akan memprioritaskan dan menambah pelajaran TIK dalam jadwal pelajarannya serta memperbanyak media-media yang membantu pengembangan pembelajaran. Perkembangannya yang sangat cepat dan pesat menuntut semua komponen lembaga pendidikan harus mampu mengejarnya, tak terkecuali tenaga pendidik.
Kehadiran TIK akan memperkuat model pembelajaran yang berpusat pada pelajar di samping yang sudah berkembang secara konvensional. Ini sebagaimana diramalkan oleh Wrigley bahwa pada saatnya ketika datang era informasi, peran tenaga pendidik akan berkurang seiring makin pesatnya penggunaan komputer berbasis jaringan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kehadiran TIK bagi sebagian kalangan akan memberi jawaban terhadap persoalan pendidikan, misalnya menambah kekayaan media pembelajaran dari yang sudah ada. sementara menurut penelitian dari PBB, Indonesia menempati urutan ke 106 dari 180 negara yang disurvay dalam hal penggunaan IT. Namun penelitian di Amerika sendiri menyatakan bahwa di negara pusat teknologi ini juga tidak merata dalam penggunaan IT dalam pendidikan.
Dalam menghadirkan fungsi teknologi asas praktis, efektif dan efisien menjadi acuan acuan utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan menambah beban materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya. Namun rasanya hal ini tidak akan terjadi di era informasi ini. Di mana perangkat komunikasi nirkabel sudah merambah sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran teknologi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan pengelolaan yang tepat. TIK yang sudah menyatu kehadirannya dengan masyarakat menjadi sesuatu yang harus dimuati nilai baik. Maka tugas tenaga pendidik untuk menangkap kehadiran TIK ini menjadi sesuatu yang positif dan berdaya guna bahkan menjadi bernilai ekonomis (ergonomis).
Sedangkan UNESCO mengklasifikasikan penggunaan ICT untuk pembelajaran dalam empat tahap yaitu: emerging, applying, integrating, transforming. Tahap emerging yaitu, tahap ketika baru menyadari akan pentingnya kehadiran ICT dalam pembelajaran dan belum menerapkannya. Ini yang nampaknya banyak terjadi di Indonesia (mungkin juga di kelas ini). Kemudian yang kedua adalah tahap applying, yaitu tahap yang lebih maju di mana ICT telah dijadikan sebagai objek kajian dan pelajaran di berbagai lembaga pendidikan. Tahap ini juga sudah dilalui oleh lembaga pendidikan saat ini sebagaimana dipaparkan dalam pendahuluan. Yang ketiga yaitu tahap integrating, di mana ICT sudah diintegrasikan dalam pembelajaran atau dalam kurikulum. Tahap ini nampaknya baru banyak berjalan untuk pertenaga pendidikan tinggi saja. Sedangkan tahap transforming yaitu tahap paling ideal di mana ICT telah benar-benar menjadi perangkat yang digunakan dalam pembelajaran sehingga menjadi basis perubahan lembaga pendidikan. Ini meliputi pengaplikasian ICT, baik dalam pembelajaran maupun dalam administrasinya.
UNESCO juga merumuskan tentang tujuan dari pengintegrasian ICT dalam kelas untuk; pertama, membangun “Knowledge-Based Society Habits”, seperti kemampuan dalam problem solving, mengkomunikasikan dan mengolah informasi itu sendiri menjadi pengetahuan baru. Kedua, untuk mengembangkan ketrampilan menggunakan ICT dan ketiga, untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.
1.2 Prinsip penggunaan ICT dalam Kelas

Secara umum dengan terintegrasikannya kelas dengan ICT maka sangat dimungkinkan bahwa kelas bisa dibawa ke kancah global. Kelas bisa terhubung tanpa sekat dengan kelas yang lain, bahkan “dunia lain”. Dengan demikian pembatasan dan konsepnya harus jelas. Untuk apakah penggunaan ICT dalam kelas? Apakah akan belajar menggunakan ICT ataukan Menggunakan ICT untuk belajar? Idealnya tentu adalah bagaimana memanfaatkan ICT untuk belajar.
Prinsip umum penggunaan teknologi, dalam hal ini ICT, adalah sebagai berikut:
1. Efektif dan efisien. Penggunaan ICT harus memperhatikan manfaat dari teknologi ini dalam hal mengefektifkan belajar, meliputi pemerolehan ilmu, kemudahan dan keterjangkauan, baik waktu maupun biaya. Dengan demikian, penggunaan ICT yang justru membebani akan berakibat tidak berjalannya pembelajaran secara efektif dan efisien.
2. Optimal. Dengan menggunakan ICT, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih” daripada tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan cakupan, kekinian (up to date), kemodernan dan keterbukaan.
3. Menarik. Artinya dalam prinsip ini, pembelajaran di kelas akan lebih menarik dan memancing keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan memancing keingintahuan yang lebih akan berjalan membosankan dan kontra produktif untuk pembelajaran.
4. Merangsang daya kreatifitas berpikir pelajar.

Dengan menggunakan ICT tentu saja diharapkan pelajar mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan maksimal yang terdapat di dalam diri mereka. Seorang anak yang mempunyai kretaivitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cepat dan tanggap terhadap permasalahan yang muncul. Sedangkan pelajar yang berkreativitas rendah terlihat kurang menanggapi permasalahan dalam pembelajaran. Pelajar yang kurang kreativitas tidak akan bisa dengan cepat menyelesaikan tugas, dan apabila kesulitan dalam membuat tugas pelajar tersebut terlambat reaksinya untuk bertanya kepada orang lain.
Dengan demikian tujuan ICT akan sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri ketika digunakan dalam pembelajaran. Penggunaan ICT tidak justru menjadi penghambat dalam pembelajaran namun akan memberikan manfaat yang lebih dalam pembelajaran.
1.3 Penggunaan ICT dalam Pengajaran dam Pembelajaran

1. Tutorial
ICT digunakan untuk pembelajaran tutorial apabila digunakan untuk menyampaikan informasi/pelajaran berdasarkan urutan urutan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran tutorial meliputi :
Pembelajaran ekspositori yaitu penjelasan terperinci.
Demonstrasi dan latihan.




2. Eksplorasi
Penggunaan ICT untuk pembelajaran berlaku apabila ICT digunakan sebagai media  untuk :
Mencari dan mengakses informasi dari internet.
Melihat demonstrasi sesuatu kejadian  sesuai urutan dengan soft ware dan hard ware.

3. Alat aplikasi.
ICT dikatakan sebagai alat aplikasi apabila  membantu murid melaksanakan tugas Contoh : – membuat dan menganalisa diagram dalam pelajaran matematika.
ICT dikatakan sebagai alat untuk memudahkan  komunikasi antara tenaga pendidik dengan murid dalam mengirim,dan menerima informasi.

1.4 Penerapan ICT dalam Pendidikan

Buku Elektronik
Buku elektronik atau e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 16 GB).
Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat misalnya pada Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan e-book menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.


E-learning
Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik.
Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning. Meskipun radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system).
LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet. Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video conference.



1.5 Penerapan E-Learning dalam Pendidikan

Konsep e-Learning
Sebelum E-learning lahir, yang populer lebih dulu ialah Computer Assisted Instruction (CAI) danComputer Assisted Learning (CAL). Media yang digunakan berupa disket, PC (komputer pribadi) atau komputer mainframe yang diakses melalui work station lokal. Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan untuk menggantikan peran guru. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan komputer diantaranya komputer tidak mampu memberikan interaksi sosial yang maksimal, sehingga kedua konsep itu dikombinasikan dengan guru. Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini bahkan jaringan antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser menjadi e-learning. Di situlah terjadi perubahan paradigma dari teachingmenjadi learning. Dengan demikian, pemanfaatan e-Learning dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar.

E-learning bukan sekadar bermain dan berselancar di dunia maya, klik sana-sini untuk pindah dari satu situs ke situs lain, men-download, berlatih, mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan, dan menyebabkan dirinya berubah, menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih banyak lagi.

Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalame-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.


Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu:

1. E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
2. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
3. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.

Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-Learning adalah pemanfaatan teknologi internet. e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-Learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-Learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. 

Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-Learning sebagai berikut:

1. e-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
2. e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
3. e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.

Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-Learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. One way communication (komunikasi satu arah); dan
2. Two way communication (komunikasi dua arah).

Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.

1.6 Pemanfaatan E-learning dalam Pembelajaran
Dunia pendidikan terimbas pula oleh pesatnya perkembangan jagat maya. Sekolah lewat internet menjadi sesuatu hal yang memungkinkan. e-learning, sebuah alternatif media pendidikan yang tidak mengenal ruang dan waktu. Model sekolah lewat internet seharusnya ideal buat negeri kita.
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan berpengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru disebut the era of teacher, sementara siswa hanya mendengar penjelasan guru. Kemudian, proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada saat ini proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology).
Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak, ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
1. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.
2. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.
3. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat ini hadir pula perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.

Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 19963)). Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik4)”.
Walaupun masih banyak kendalanya, terlebih di Indonesia, kesenjangan mutu pendidikan antar-daerah seperti itu setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat internet, e-learning. Syaratnya, mengubah paradigma teaching menjadi learning. Pembelajaran (learning) berbeda dengan pengajaran (teaching). Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan mengenai learning. Intinya, belajar itu menyangkut perubahan terhadap diri-sendiri, mengubah perilaku, melakukan discovery(menguak apa yang semula tertutup). Pendeknya, belajar mengubah seseorang menjadi cerdas, bukan sekadar pintar. “Pintar” dan “cerdas” berbeda: smart people know from repetition of others. Intelligent people can figure it out by themselves.
Sedangkan dalam pengajaran guru atau instruktur memberikan waktu, energi, dan usaha untuk menyiapkan murid atau anak didik sesuai dengan tujuan instruksional. Guru memberi, murid menerima. Namun, orang yang diajar oleh guru atau melalui komputer belum tentu belajar, karena hasil belajar mensyaratkan adanya perubahan terhadap diri-sendiri.
1.7 Model Pembelajaran Berbasis e-Learning
 
Pengembangan pembelajaran berbasis e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”. 

Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.

Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.

Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa (dengan mengakses website yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan dan persiapan ujian) dan metode belajar yang relatif lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat di kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai ujian mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi pada penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional menunjukkan prestasi dan kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa yang digolongkan rendah dalam penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan teknologi dan metode belajar tradisional. (Kathleen Debevec, 2006).



Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

Pengembangan E-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.




Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Secara ringkas, E-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dan sebagainya.
1.8 Kelebihan Dan Kekurangan e-Learning

Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb:
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
2. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
3. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif;
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.

Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb:
1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Profil peserta E-learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusan

ANALISIS DARI PEMBAHASAN
Penerapan TIK / ICT /E- Learning memiliki keunggulan tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar. Penerapan TIK / ICT e-Learning juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional juga telah merespon keadaan di atas dan adanya era informasi ini dengan merumuskan kebijakan peningkatan akses, efisiensi, efektivitas dan kualitas pendidikan serta manajemen pendidikan dengan implementasi ICT.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengharuskan pengembangan ICT,e-Learning dalam dunia pendidikan di Indonesia. Agar kualitas sumber daya manusia Indonesia yang merupakan produk dari pendidikan itu semakin baik dan dapat bersaing dalam dunia yang berbasiskan teknologi. Oleh sebab itu Depertemen Pendidikan Nasional melalui PUSTEKKOM melakukan pengembangan terus menerus terhadap ICT untuk dunia pendidikan di Negara kita ini. Untuk melihat hal ini lebih luas lagi, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang penggunaan ICT dalam dunia pembelajaran di Indonesia

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT) merupakan media atau bantu untuk melakukan kegiatan seperti pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. ICT sangat diperlukan dalam pembelajaran di era sekarang  ini. Dengan  prinsip penggunaan ICT yang efektif dan efisien, optimal, menarik, dan merangsang daya kreativitas, ICT menjadi salah satu media pembelajaran yang banyak digunakan di berbagai bidang pendidikan karena meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. .Penggunaan ICT dalam pembelajaran antara lain sebagai tutorial, eksplorasi, alat aplikasi, dan  komunikasi. Sedangkan penerapan ICT dalam dunia pendidikan adalah berupa buku elektronik dan e-learning.

1.2 Rekomendasi (saran)

         Setelah dilakukan analisa mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) Dalam Media Pembelajaran Dengan E-Learning maka dapat di rekomendasikan sebagai berikut :
Bagi sekolah-sekolah maupun Universitas yang belum dapat melaksanakan pembelajaran Teknologi komputer (TIK) secara maksimal diharapkan kedepan dapat berupaya lebih giat lagi dengan cara meningkatkan kerjasama khususnya dengan komite sekolah,perguruan tinggi agar tercapainya suatu tujuan pendidikan yang di inginkan.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan media ini, guru harus dapat mempersiapkan komponem pendukung, seperti rencana pembelajaran yang lebih sestimatis agar lancar serta jelas apa yang akan di lakukan.












DAFTAR PUSTAKA

Rosenberg, Marc J. (2001), E-learning; Strategies for Delivering Knowledge in the Digital. New York: McGraw Hill.

Tung, Khoe Yao. (2000). Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo.

Soekartawi (2002b), E-learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.

Soekartawi (2002c), The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002.

Soekartawi (2003). Prinsip Dasar E-learning: Teori dan Aplikasinya di Indosnesia. Jurnal Teknodik Edisi 12.

Freeman, L. 2001. E-learning: An Open Door Policy The Education  Industri Reports issue 28 Juli 2001. Diakse pada 2001 dari: http://eduvantures.com /news/ education industry report/cropTraining/prinCropTrain.cfm

Surat Permohonan Untuk Rektor

SURAT TERBUKA UNTUK REKTOR UNNES




Semarang, 21 Maret 2016

Kepada Yth.
Rektor Universitas Negeri Semarang
Prof Dr Fathur Rokhman MHum


Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat pagi bapak rektor yang selalu kami cintai. Semoga di pagi hari ini, saat surat ini dituliskan, bapak berada dalam kondisi sehat tanpa kekurangan apapun. Kami selalu mendoakan yang terbaik untuk bapak, agar dapat memimpin Universitas Negeri Semarang yang juga kita cintai dengan baik. Sebelum kami lanjutkan, izinkan kami untuk memperkenalkan diri. Kami adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang, yang mencintai dan selalu menginginkan yang terbaik untuk unnes dan seluruh warganya. Surat ini pun kami tuliskan karena kami percaya unnes masih memiliki banyak potensi untuk menjadi Universitas terbaik dan mampu memberikan hal-hal terbaik untuk seluruh warga kampus. Kami juga percaya kalau bapak bisa membawa dan memimpin unnes untuk mewujdakan hal tersebut.

UNNES sudah melewati usianya yang ke-51, rektor yang memimpin pun silih berganti. Ribuan alumni sudah diproduksi dan banyak prestasi sudah dicatatkan oleh mahasiswa ataupun dosen. Pembangunan fisik dan non-fisik kampus sampai hari ini masih tetap berlangsung, tidak akan berhenti selama unnes masih berdiri. Tentu kami sangat menyadari arti penting jabatan rektor dalam pembangunan untuk menjadi universitas terbaik, ataupun menjadi universitas riset pada tahun 2020 yang harus mampu memberikan manfaat serta pelayanan terbaik kepada masyarakat luas pada umumnya dan warga kampus unnes sendiri. Oleh karena itu, melalui surat ini kami ingin menyampaikan apa yang menjadi keresahan dan keinginan kami langsung kepada bapak rektor Prof Dr Fathur Rokhman MHum yang kami cintai. Dan semoga apa yang kami sampaikan, bisa dipertimbangkan secara serius pada Rakerta.

Perhatian kami yang pertama tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT).  Unnes dikenal sebagai salah satu Universitas Negeri yang terjangkau biaya kuliahnya. Kami khawatir apabila UKT diterapkan akan membebani mahasiswa Unnes, dan menghapus kesempatan banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikan di Unnes. Bapak rektor yang kami cintai, sesungguhnya kekhawatiran utama kami adalah biaya perkuliahan di Unnes yang semakin tinggi dan sulit dijangkau. Kami tidak mempermasalahkan, sistem UKT yang digunakan atau sistem lama, yang paling penting biaya perkuliahan di Unnes bisa dikategorikan menurut status keluarga yang adil sehingga biayanya bisa terjangkau. Hal ini kami sadari penuh sebagai upaya Unnes untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan jalan memberikan kesempatan yang seluas - luasnya kepada seluruh masyarakat untuk menjalani pendidikan di Unnes dengan biaya yang terjangkau.

Bapak rector Prof Dr Fathur Rokhman MHum yang kami cintai, kami menginginkan adanya program pengembangan dan pengelolaan badan usaha milik Unnes yang bisa menghasilkan dana yang cukup untuk menurunkan biaya pendidikan di Unnes. Seperti yang pernah bapak sampaikan, diharapkan dengan adanya badan usaha milik Unnes, biaya SPP mahasiswa Unnes menjadi nol. Kami sangat berharap, rencana pengembangan badan usaha tersebut mendapatkan perhatian yang serius, juga menjadi program yang jelas untuk dilaksanakan pada tahun 2017 kedepannya, agar apapun sistem pembayaran uang kuliah yang digunakan, besaran biayanya tetap terjangkau. Tentu kami bangga apabila yang bapak ucapkan, yaitu biaya SPP menjadi nol, bisa terwujud. Lebih baik lagi apabila bisa melakukan pembangunan atau memperbaiki fasilitas yang ada dengan dana yang bersumber dari badan usaha milik Unnes, seperti membuat POM bensin milik Unnes misalnya.

Selanjutnya, kami menaruh perhatian pada fasilitas kampus Unnes, khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan. Fasilitas yang ada kami rasa butuh perbaikan atau dukungan penuh dari Bapak rektor yang tercinta, contohnya ketika sedang ada perkuliahan disore hari listrik tiba tiba mati dan itu tidak hanya sekali tetapi berulang kali, dengan padamnya listrik kami tidak bisa menggunakan proyektor dan juga input presensi sehingga menghambat proses belajar mengajar. Yang lainnya seperti lampu proyektor yang kurang jelas atau sudah redup membuat tampilan slide tidak bisa dilihat dengan jelas. Kami  sangat berharap kondisi ini bisa diperbaiki untuk meminimalisir potensi hambatan dalam proses belajar yang muncul. Harapan kami, fasilitas lain yang mendukung proses belajar dan kenyamanan juga bisa ditingkatkan dengan baik.

Saat sesuatu dimulai, tentu ia akan berakhir. Surat ini pun sudah sampai pada akhirnya. Namun kami tidak akan lelah untuk meminta sebuah transparansi. Tidak hanya transparansi penggunaan dana saja, tetapi transparansi rencana pengembangan dan program kerja Unnes. Khususnya hasil rakerta hari ini. Ini semua kami lakukan atas dasar rasa cinta kami terhadap Unnes. Kami, bapak rektor yang tercinta dan juga seluruh masyarakat Unnes tentu menginginkan Universitas Negeri Semarang yang lebih baik.



Kami mengucapkan terima kasih, atas waktu bapak rector Prof Dr Fathur Rokhman MHum untuk membaca dan memikirkan surat ini dengan harapan bisa diterima sebagai masukan untuk pengembangan Unnes yang lebih baik. Tak lupa kami mengucapkan permintaan maaf apabila ada satu atau beberapa hal yang menyinggung perasaan bapak. Semoga bapak dan keluarga selalu diberikan kesehatan dan berada dalam limpahan karunia dari Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb.



                                                                             Ttd.


Mahasiswa Unes yang selalu mencintai Unnes




Sinopsis Drama Teater Sikat Sana Sikat Sini

Nama : Yudha Trismantoro Adi
NIM         : 1102414056
Makul : Bahasa Indonesia


Sikat Sana Sikat Sini

Dalam teater tersebut diceritakan tentang sebuah desa yang setiap malam harinya ada warga yang kemalingan meskipun sudah diadakan pos ronda. Selang satu minggu desa tersebut mendapat kabar gembira bahwa ada lurah baru yang siap sedia membasmi maling tersebut. Untuk melancarkan misinya pak lurah baru mensosialisasikan visi dan misinya kepada warga agar sama-sama bergotong royong memberantas maling tersebut. Mendengar kabar itu si maling (Pak Udin) yang duda  merasa takut dan berencana tidak operasi untuk malam harinya. Benar saja pak Udin atau si maling malam harinya tidak operasi dan ikut beronda bersama Bedor dan Poleng di posronda  RT 01 RW 2 demi mempertahankan profesi dan harga dirinya. Selang beberapa saat Bedor dan Somplak pun sudah tertidur pulas, dirasa aman Udin pun berniat untuk operasi. Namun, tak disangka dan tak diduga ada maling lain yang beroperasi dan berhasil  mencuri uang kelurahan yang ada di rumah pak lurah baru. Dengan keadaan alakadarnya (sarungan dan kaos dalem) pak lurah dan warga pun mengejar maling sambil berteriak maling, maling, maling. Mendengar teriakan lurah dan warga dari jauh Udin pun membangunkan si Bedor dan Somplak, selang beberapa menit ia sadar bahwa ia juga sedang berkostum ala Batman dan bersenjata layaknya Thor namun pake linggis atau sedang operasi jadi si Udin pun ikut lari dan dikejar warga, semua warga dari anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-kakek, dan nenek-nenek bersama berhamburan untuk mengejar dua maling tersebut. Berputar, keliling balik lagi berputar, keliling lagi, dari pojok sana ke pojok sini sudah mereka jelajahi namun malingnya tidak juga bisa dikejar dan ditangkap. Selang beberapa menit pak lurah pun menyuruh warga untuk kumpul di depan pos ronda untuk membahas langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk menangkap si maling tersebut.

 Malam berikutnya pak RW dan pak Lurah ikut berpatroli bersama pak Amet dan Toleq agar dapat menangkap maling, namun pak lurah dan pak RW disuruh pulang pak Amet dan Toleq agar pak Amet dan Toleq bisa lekas tidur lagi. Pak Lurah dan pak RW pun nurut saja sambil diantar pulang oleh Toleq. Setelah Toleq kembali ke pos ronda dilihatnya pak Amet yang sudah tidur pulas sambil ngorok Toleq pun ikut-ikutan tidur. Desa pun menjadi sepi, kesempatan si Udin dan maling yang lainnya untuk beroperasi. Benar, selang beberapa menit si Udin keluar rumah untuk beroperasi, selang beberapa menit si Udin sudah kembali untuk pulang, namun dia terkejut karena dari dalam rumahnya terdengar suara barang pecah (maling kok dimaling) si Udin menunggu hingga maling tersebut keluar. Setelah keluar si Udin pun berusaha untuk merebut barangnya yang dimaling oleh maling lainnya, perkelahian pun terjadi dengan sangat sengitnya, pukul, tendang, tinju, dan salto. Akhirnya si Udin tersungkur dan harus merelakan barangnya di bawa kabur oleh maling, denga sisa tenaga ynag ada si Udin teriak, maling, maling, maling (maling teriak maling). Warga pun langsung keluar dan menolong si Udin, namun si Udin lupa menyembunyikan senjatanya (linggis)  warga dan pak Lurah pun curiga kalau si Udin juga seorang maling. Namun dengan cepat si Udin berdalih bahwa senjanya (linggis) yang ia bahwa baru saja digunakan untuk melawan maling tersebut dan semuanya pun percaya dengan alasan yang dikatakan oleh si Udin.

Malam selanjutnya suasana tampak begitu sepi, namun terdengar sayup-sayup dari kejauhan yang tak lain adalah Somplak dan Toleq yang hendak ngepos ronda, sampai di pos ronda mereka tidak langsung keliling malahan langsung ngorok. Beberapa jam kemudian Somplak bangun karena kebelet pipis, Somplak meminta Toleq untuk mengantarnya, namun si Toleq tidak mau menamani si Somplak pipis, Somplak yang sudah kebelet dari tadi lansung saja loncat dari pos ronda menuju bawah pohon pisang untuk pipis. Saat sedang menikmati pipisnya listrik pun padam, angin dingin pun mulai menyerbu Somplak, suasana menjadi mencekam dan kemudian, duaarrr Somplak pun berteriak dan lari karena ada pocong di belakangnya. Somplak berlari untuk membangunkan Toleq, namun Toleq tidak bangun dan malah lebih keras lagi ngoroknya. Somplak pun lari meninggalkan Toleq bersama dengan pocong. Tidur, dan berangkulan dengan pocong, bangun, saling pandang, tidur lagi, berangkulan, bangun lagi, saling pandang, tidur lagi, berangkulan, dan bangun lagi, Toleq merasa linglung karena yang dipeluknya tidak seperti ciri-ciri Somplak yang tinggi dan kurus.  Setelah diamati dengan seksama menggunakan segenap jiwa dan seluruh tenaga, dicolek-colek, dicubit-cubit, dipeluk-peluk baru Toleq sadar kalau itu bukan si Somplak melainkan pocong dan Toleq pun lari terbirit-birit. Selang beberapa lama si Udin keluar karena teriakan dan kegaduhan yang dibuat oleh si Toleq, dengan membawa senter ia mulai mencari sumber suara yang berisik dan didapati ada seseorang yang sedang duduk di pos ronda yang tak lain adalah si pocong. Ide jail untuk menakuti si pocong (yang duduk di pos ronda)  pun muncul dari benak si Udin, ia pun lewat belakang pos ronda dan menyalakan senter  menuju mukanya agar terkesan serem. Namu apa yang terjadi ketika si pocong menoleh ke Udin, udin pun terkejut dan ketakutan sampai lari tersengal-sengal. 

Suasana tambah sepi dan mencekam, kemudian munculah maling yang satunya lagi untuk beroperasi, tak lama kemudian maling tersebut berpapasan dengan si pocong yang hendak berjalan menuju kampung. Penasaran dengan si pocong yang dikira oleh maling adalah saingannya, si maling pun mengajak pocong untuk berkelahi hingga akhirnya perkelahian dimenangkan oleh si pocong dan si maling pun lari terbirit-birit menuju rumahnya. Keesokan harinya seluruh warga dan pak Lurah mengadakan kerja bakti untuk membersihkan kampung, terdengar obrolan oleh Toleq dan Soplak yang membahas tentang adanya pocong yang menghentikan kegiatan kerja bakti. Semua terkejut dan takut mendengar penutura dari si Toleq dam Somplak bahwa tadi malam ada pocong yang berkeliaran. Mendengar hal tersebut mbok rondo pun bertanya apa saja yang dilakukan oleh si Toleq dan Somplak tadi malam,,? Mendengar pertanyaan mbok rondo si Somplak pun bercerita bahwa tadi malam ia pipis di bawah pohon pisang dan pocong pun muncul dari belakangnya. Mendengar penuturan si Somplak Mbok Rondo pun marah dan kecewa dengan apa yang barusan ia dengar dan menyuruh warga untuk membersihkan daerah sekitar pohoon pisang. Warga pun membersihkan area sekitar pohon pisang dan menemukan sebuah batu nisan yang sudah tua dan mulai usang, warga pun bertanya makam siapakah itu Mbok Rondo.....? dengan tutur kata dan nada yang terbatuk batuk Mbok Rondo pun bercertita bahwa dahulu kala ada seorang dukun yang sangat sakti di desa tersebut dan sering menyalahi orang - orang yang tinggal di desa tersebut. Warga marah dan geram dengan ulah dukun tersebut hingga akhirnya dukun tersebut dikubur hidup - hidup.

Dukun tersebut bersumpah untuk balas dendam terhadap warga yang ada di desa tersbut, namun setiap harinya Mbok Rondo selalu memberikan air sesaji untuk mengunci kemarahan  dan ambisi balas dendam dukun tersebut kepada warga desa, namun kalian telah merusak dan menyebabkan dukun tersebut marah dan menuntut dendam kepada kalian, lanjut Mbok Rondo dengan nada bicara terpotong - potong dan batuk - batuk. Warga yang ketakutan pun mulai berhamburan untuk pulang kerumah masing - masing. Malam itu suasana sepi dan mencekam karena warga takut akan kemunculan pocong, namun tanpa disangka dan di duga pocong tersebut telah berkeliaran dan duduk tepat di pos ronda, melihat hal tersebut Mbok Rondo pun keluar dan memberikan sesajen kepada pocong tersebut dan meminta agar pocong tersebut tidak berkeliaran dan mengganggu warga desa.


TAMAT 



a. Tokoh dan penokohan 

1. Bedor : Humoris, suka membangkan perintah, dan licik
2. Pak Amet         : Penurut, mudah ditipu
3. Somplak         : Penurut, mudah di tipu, penakut
4. Toleq : Humoris
5. Pak Lurah : Sopan, tidak berwibawa, pantang menyerah
6. Pak RW         : Sopan, Ramah
7. Pak Carek : Suka Berbohong (dia adalah maling yang lain selain Udin)
8. Udin         : Suka mencuri, penyendiri, dan penakut
9. Toprol : Humoris
10. Penjual nasi : Ramah, santun, disiplin
11. Dek Nurul : Egois dan tidak suka diperintah
12. Mbok Rondo : Rajin, dan suka mengingatkan
13. Orang olahraga :
14. Orang kantoran :

b. Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju mundur

c. Komentar 

Pertama, menurut saya pementasan teater dengan lakon Sikat Sana Sikat Sini sudah bagus dalam segi pemeranan dan properti yang digunkan. Komentarnya amanat atau pesan yang ingin disampaikan kepada penonton kurang begitu jelas dan sulit untuk dipahami. Kedua, dari segi tempat penonton khususnya, pengorbanan yang dikeluarkan oleh penonton dalam bentuk pembelian tiket masuk seharusnya mendapatkan fasilitas yang harusnya dapat membuat penonton merasa nyaman dan rileks, tidak harus duduk berdekatan atau bahkan berdiri berdempet-dempetan.